Selasa, 28 Oktober 2014

Musik Dangdut



Dangdut adalah aliran musik yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia, karena  sangat merakyat bagi bangsa Indonesia sejak jaman berdirinya negara Indonesia. Musik dangdut berakar dari musik melayu yang mulai berkembang pada tahun 1940. Irama melayu sangat kental dengan unsur aliran musik dari India dan gabungan dengan irama musik dari Arab. Unsur tabuhan gendang yang merupakan unsur musik India digabungkan dengan unsur cengkok penyanyi dan harmonisasi dengan irama musiknya merupakan suatu ciri khas irama melayu adalah awal mutasi irama melayu ke dangdut.

Musik dangdut yang merupakan seni kontemporer terus berkembang dan berkembang, pada awal mulanya irama dangdut identik dengan seni musik kalangan kelas bawah dan memang aliran seni musik dangdut ini merupakan cerminan dari aspirasi dari kalangan masyarakat kelas bawah yang mempunyai ciri khas kelugasan dan kesederhaannya.

Pada tahun 1960-an musik melayu mulai dipengaruhi oleh banyak unsur mulai dari gambus, degung, keroncong, langgam. Dan jaman inilah sebutan untuk irama melayu mulai berubah menjadi terkenal dengan sebutan musik dangdut. Sebutan dangdut merupakan sebutan yang sesuai dengan bunyi suara, yaitu bunyi dari alat musik tabla atau yang biasa disebut gendang. Bunyi gendang lebih didominasi dengan bunyi “dang” dan “dut”, maka sejak itulah irama melayu berubah sebutannya menjadi aliran musik baru yang lebih terkenal dengan irama musik dangdut.

Pada era awal 1970 seniman dangdut yang terkenal antara lain : M. Mashabi, Husein Bawafie, HasnahTahar, Munif Bahaswan, Johana Satar, Ellya Kadam. Pada era ini merupakan jaman seniman dangdut dengan tokoh musisi dangdut antara lain A. Rafiq, Reynold Panggabean, Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, Herlina Effendi, Mansyur S., Ida Laila, Mukhsin Alatas, Camelia Malik.

Era musik dangdut setelah  1970-an melahirkan banyak musisi dan seniman danggdut, yang memasyarakat di semua kalangan rakyat Indonesia seperti Hamdan ATT, Meggy Z.,Vetty Vera, NurHalimah,  Iis Dahlia, Ikke Nurjanah, Itje Trisnawati, Evi Tamala, Dewi Persik, Kristina, Cici Paramida, Inul Daratista dan lainnya.

Karena sifat kontemporernya maka di awal tahun 1980 an musik dangdut berinteraksi dengan aliran seni musik lainnya, yaitu dengan masuknya aliran musik Pop, Rock  dan Disco atau House musik. Selain masuknya unsur seni musik modern  musik dangdut juga mulai bersenyawa dengan irama musik tradisional seperti gamelan, Jaranan, Jaipongan dan musik tradisional lainnya.

Pada jaman 1990 mulailah era baru lagi yaitu musik dangdut yang banyak dipengaruhi music tradisional yaitu irama gamelan yaitu kesenian musika sli budaya jawa maka pada masa ini musik dangdut mulai berasimilasi dengan seni gamelan, yang memunculkan aliran musik baru yang disebut musik dangdut camputsari atau dangdut campursari. Tetapi aliran musik baru ini tidak menghilangkan eksistensi musik dangdut asli pada masa tersebut.

Pada era tahun 2000-an seiring dengan kejenuhan musik dangdut yang asli, maka di awal era ini musisi di wilayah Jawa Timur di daerah pesisir Pantura mulai mengembangkan jenis musik dangdut baru yang disebut dengan musik dangdut koplo. Dangdut koplo merupakan mutasi dari musik dangdut setelah era dangdut campursari yang bertambah kental irama tradisionalnya ditambah dengan masuknya unsur seni musik kendang kempul yang merupakan seni musik dari daerah Banyuwangi Jawa Timur dan irama tradisional lainya seperti jaranan dan gamelan.

Sebagai musik yang paling popular dan unik di Indonesia, dangdut mengalami perjalanan yang penuh warna. Dangdut, yang namanya berasal dari bunyi khas gendang, “dang” dan “dut”, dianggap sebagai bentuk rendah budaya popular pada 1970-an, dikomersialkan pada 1980-an, dimaknai-ulang sebagai ragam musik pop nasional dan global pada 1990-an, dan terlokalisasi dalam komunitas-komunitas etnik pada era 2000-an. Buku “Dangdut stories : a social and musical history of Indonesia’s most popular music” karya Andrew N. Weintraub adalah sejarah musik dan sosial tentang genre dangdut, dalam pengertian yang lebih luas tentang kelas, gender, etnisitas dan bangsa di Indonesia pasca-kemerdekaan (1945 sampai saat ini). Memakai pendekatan interdisipliner baru yang memadukan etnomusikologi, antropologi media dan kajian budaya, professor musik di University of Pittsburgh, AmerikaSerikat, ini menautkan berbagai property estetik, penggunaan dan pengaruh musik dangdut, terhadap kondisi sosial dan material di Indonesia modern. Buku ini memuat khazanah materi sumber musikologis asli dan baru, dalam bentuk wawancara dengan bintang-bintang dangdut; informasi dari sumber daya jurnalistik terpendam; dan analisis mendalam tentang standar-standar dangdut, digabung dengan pembacaan kembali yang tajam terhadap pustaka yang telah ada menjadikan buku ini tidak hanya menggambarkan potret genre musik Indonesia dengan penggemar hampir sebagain besar penduduk yang tersebar sampai ke pelosok-pelosok wilayah tanah air, tetapi juga mencerminkan dinamika masyarakat Indonesia dalam transisi.


v Alat – alat musik yang digunakan :
1.      Gendang
2.      Suling
3.      Piano/organ
4.      Bass
5.      Gitar melodi
6.      Terompet
v Ciri ciri:
1.      Kesan musik melayu sebagai tempat asalnya masih terasa.
2.      Melodi dan harmoni dengan vareasi akor sederhana dan cenderung bertangga nada minor.
3.      Ekspresi berdasarkan kesesuaian lirik dengan beat kurang di perhatikan, karena beat (gendang dan perkusi lain) yang konstan lebih di fokuskan untuk joged.
v Manfaat dan kerugian dari musik dangdut
ü Manfaat :
1.      Sebagai media hiburan
2.      Sebagai media pembelajaran
3.      Pengembangan bakat
4.      Sebagai nasihat
5.      Di pertontonkan di berbagai acara
ü  Kerugian :
1.      Membuat lupa waktu
2.      Terkadang liriknya tidak mendidik
3.      Dapat menimbulkan zinah mata bagi yang menontonnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar