APA
ITU JUJUR?
Kejujuran adalah
perhiasan orang berbudi mulia dan orang yang berilmu. Oleh sebab itu, sifat
jujur sangat dianjurkan untuk dimiliki setiap umat Rasulullah saw.
Orang yang mempunyai sifat jujur
akan dikagumi dan dihormati banyak orang. Karena orang yang jujur selalu
dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang penting. Hal ini disebabkan orang
yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan tenang.
Jujur adalah sikap yang tidak mudah
untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih. Namun sayangnya sifat yang
luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran sekarang ini menjadi
barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan yang jujur, teladan yang bisa
diberi amanah umat dan menjalankan amanah yang diberikan dengan jujur dan
sebaik-baiknya. Dan teladan yang paling baik, yang patut dicontoh kejujurannya
adalah manusia paling utama yaitu Rasulullah saw. Kejujuran adalah perhiasan
Rasulullah saw. dan orang-orang yang berilmu
AL-QUR’AN DAN HADITS
TENTANG JUJUR
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
(Qs. At-Taubah 119).
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 70-71)
“Hendaklah kamu selalu berbuat
jujur, sebab kejujuran membimbing ke arah kebajikan, dan kebajikan membimbing
ke arah surga. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat jujur dan
bersungguh-sungguh dalam melakukan kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah
sebagai orang jujur. Dan hindarilah perbuatan dusta. Sebab dusta membimbing ke
arah kejelekan. Dan kejelekan membimbing ke arah neraka. Tiada henti-hentinya
seseorang berbuat dusta dan bersungguh-sungguh dalam melakukan dusta sehingga
dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
MACAM-MACAM JUJUR
kejujuran terbagi menjadi 5 macam,
yaitu:
1. Shidq Al-Qalbi (jujur dalam
berniat). Hati adalah poros anggota badan. Hati adalah barometer kehidupan.
Hati adalah sumber dari seluruh gerak langkah manusia. Jika hatinya bersih,
maka seluruh perilakunya akan mendatangkan manfaat. Tapi jika hatinya keruh,
maka seluruh perilakunya akan mendatangkan bencana. Rasulullah Saw. bersabda,
“Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah
seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).”
(H.R. Bukhari).Itulah hati dan kejujuran yang tertanam dalam hati akan
membuahkan ketentraman, sebagaimana firman-Nya, “(Yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (Q.S. Ar-Ra’d [13]: 28)
2. Shidq Al-Hadits (jujur saat
berucap). Jujur saat berkata adalah harga yang begitu mahal untuk mencapai
kepercayaan orang lain. Orang yang dalam hidupnya selalu berkata jujur, maka
dirinya akan dipercaya seumur hidup. Tetapi sebaliknya, jika sekali dusta, maka
tak akan ada orang yang percaya padanya. Orang yang selalu berkata jujur, bukan
hanya akan dihormati oleh manusia, tetapi juga akan dihormati oleh Allah Swt.
sebagaimana firman-Nya,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 70-71)
Hidup dalam naungan kejujuran akan terasa nikmat dibandingkan hidup penuh dengan dusta. Rasulullah Saw. bahkan mengkatagorikan munafik kepada orang-orang yang selalu berkata dusta, sebagaimana sabdanya, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; bila berucap dusta, kala berjanji ingkar dan saat dipercaya khianat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 70-71)
Hidup dalam naungan kejujuran akan terasa nikmat dibandingkan hidup penuh dengan dusta. Rasulullah Saw. bahkan mengkatagorikan munafik kepada orang-orang yang selalu berkata dusta, sebagaimana sabdanya, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; bila berucap dusta, kala berjanji ingkar dan saat dipercaya khianat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Shidq Al-’Amal (jujur kala berbuat).
Amal adalah hal terpenting untuk meraih posisi yang paling mulia di surga. Oleh
karena itu, kita harus selalu mengikhlaskan setiap amal yang kita lakukan.
Dalam berdakwah pun, kita harus menyesuaikan antara ungkapan yang kita
sampaikan kepada umat dengan amal yang kita perbuat. Jangan sampai yang kita
sampaikan kepada umat tidak sesuai dengan amal yang kita lakukan sebab Allah
Swt. sangat membenci orang-orang yang banyak berbicara tetapi sedikit beramal.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tiada kamu kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaff [61]: 2-3)
Jadi, yang harus kita lakukan adalah banyak bicara dan juga beramal agar kita bisa meraih kenikmatan surga.
Jadi, yang harus kita lakukan adalah banyak bicara dan juga beramal agar kita bisa meraih kenikmatan surga.
4. Shidq Al-Wa’d (jujur bila berjanji).
Janji membuat diri kita selalu berharap. Janji yang benar membuat kita bahagia.
Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak janji
(namun tidak ditepati) karena Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang
selalu mengingkari janji sebagaimana dalam firman-Nya, [Image: 16_91.png]
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (Q.S. An-Nahl [16]: 91)
“…Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al-Israa [17]: 34)
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (Q.S. An-Nahl [16]: 91)
“…Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al-Israa [17]: 34)
5. Shidq Al-Haal (jujur dalam
kenyataan). Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak
akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang
lain untuk masuk ke dalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup
berada di bawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai
dengan keadaan diri kita sendiri. Dengan bahasa yang sederhana, Rasulullah Saw.
mengingatkan kita dengan ungkapan, “Orang yang merasa kenyang dengan apa yang
tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian palsu.” (H.R. Muslim).
KEBALIKAN SIFAT
JUJUR?
Lawan dari
jujur adalah bohong (kizzib), yaitu
orang yang berbicara tidak sesuai dengan apa yang sesungguhnya apa yang ada
dihatinya.[1][11] Dia mengatakan A, tetapi di hatinya sesungguhnya B. Sifat bohong
membawa bencana bagi pribadi dan masyarakat.
Dalam islam
dijelaskan tanda-tanda pembohong yaitu : Hadis Nabi mengatakan :
”Abu Hurairah r.a, berkata : Nabi saw bersabda : Tanda seorang
munafiq itu tiga : Jika berkata-kata berdusta. Jika berjanji menyalahi janji.
Dan jika diamanati berkhianat”.
Dari Hadis di
atas menunjukkan ada tiga tanda orang munafiq, apabila berkata ia berdusta,
apabila berjanji dia ingkar dan apabila diberi amanah dia khianat. Dari ketiga
hal tersebut semuanya memerlukan kejujuran, dalam artian, apabila berkata:
harus dikatakan yang sejujurnya, apa yang kita lihat dan rasa, harus dikatakan
dengan yang terlihat dan yang dirasakan tersebut tanpa menguranginya
sedikitpun. Kemudian apabila berjanji, harus melaksanakan apa yang telah
dijanjikan, tanpa mengingkarinya sedikitpun. Kemudian apabila diserahi amanah,
harus jujur melaksanakan amanah itu, dengan melaksanakan sepenuhnya.
Ketiga hal
tersebut apabila terlaksana maka terhindarlah dari sebutan orang munafiq dan
sebaliknya melaksanakan sifat jujur, akan dicatat disisi Allah sebagai seorang
yang jujur, dan apabila berbuat bohong maka dicatat disisi Allah sebagai seorang
pembohong.
Hadis rasul
mengatakan:
”Tinggalkanlah yang engkau
ragukan kepada apa yang tidak engkau ragukan. Sesungguhnya kebenaran membawa
kepada ketenangan dan dusta itu menimbulkan keragu-raguan”.
Dalam
masyarakat yang sudah merajalela dusta dan kecurangan maka akibatnya akan kacau
dan kalut. Kecurangan dalam administrasi umpamanya hanya akan mempercepat
kehancuran masyarakat itu sendiri. Satu-satunya jalan untuk mencegahnya, ialah
dengan mengembalikan keadaan itu kepada prinsip-prinsip kebenaran. Dalam bidang
ekonomi umpamanya, sukatan dan timbangan dikurangi. Manipulasi dalam jual beli
dan lain-lain, menjadi sumber dan terbukanya pintu-pintu korupsi, semuanya itu
menimbulkan bencana dan kerusakan.
Orang yang melakukan perbuatan dusta adalah orang yang
lemah imannya, karena orang tidak berimanlah orang yang tidak dapat
melaksanakan perbuatan jujur. Jika ada iman di dalam hati, maka selalu terasa
akan diawasi oleh Allah SWT dimanapun ia berada dan apapun yang diperbuatnya.
Oleh karena apabila ia hendak melakukan perbuatan dusta maka ia merasa dilihat
oleh Allah.
BOHONG BOLEH?
Ada hadis
Nabi yang menjelaskan tentang kebolehan berbohong sebagaimana sabdanya:
حديث ام كلثوم بنت عقبة, انها سمعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ليس الكذاب الذى يصلح بين الناس. فيمنى خيرا,
او يقول خيرا.
“Ummi Kalsum
binti Uqbah telah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: Bukan pendusta seorang
yang mendamaikan (memperbaiki) sengketa sesama orang, lalu berkata baik atau
mengusahakan kebaikan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar